header-int

Gali Realitas Petani Lokal, Santri Al Hikam Sasar Isu Pertanian dan Fiqih Lingkungan

Senin, 21 Jul 2025, 20:22:51 WIB - 19 View
Share
Gali Realitas Petani Lokal, Santri Al Hikam Sasar Isu Pertanian dan Fiqih Lingkungan

Al Hikam (AMC.) - Sebagai bagian dari tahapan awal penelitian integratif yang mengkaji keterkaitan ekoteologi Islam, beberapa santri dari Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang menggelar wawancara mendalam bersama tokoh masyarakat di Wonosantri, Desa Toyomarto, Kabupaten Malang, Senin (21/7/2025).

Wawancara ini merupakan langkah awal dalam menyusun pemetaan masalah dan potensi lokal yang berkaitan dengan krisis ekologi serta relevansi nilai-nilai Islam dalam menjaga lingkungan hidup. Penelitian ini menjadi bagian dari inisiatif akademik yang menekankan pendekatan interdisipliner antara ilmu pertanian, keagamaan, dan etika lingkungan berbasis fiqh.

Dalam kegiatan wawancara tersebut, para santri mewawancarai langsung M. Ali Machrus, M.Pd., seorang praktisi pendidikan sekaligus Co-Founder dari Kelompok Tani Hutan (KTH) Wonosantri. Dalam keterangannya, Mas Ali Machrus menyoroti persoalan rendahnya minat generasi muda terhadap dunia pertanian yang kini makin terasa di desa-desa sekitar.

“Kemungkinan, hal yang menyebabkan generasi muda sedikit tidak memperhatikan terkait pertanian adalah aksesibilitas pertanian yang kurang memadai. Maka perlu beradaptasi dengan alat pertanian yang lebih modern,” ungkap Mas Ali.

Menurutnya, transformasi dunia pertanian sangat mendesak untuk dikaitkan dengan pendidikan dan teknologi agar lebih menarik dan relevan bagi generasi muda. Perubahan alat dan pola kerja tani dinilai bisa menjadi pintu masuk untuk meningkatkan keterlibatan anak muda dalam sektor pertanian yang selama ini dianggap usang.

Penelitian ini tidak hanya bertumpu pada isu agraria semata, melainkan juga menyentuh aspek spiritualitas dan kesadaran ekologis yang dikembangkan dalam Islam. Fiqh lingkungan atau fiqh al-bi’ah menjadi salah satu landasan normatif yang hendak digali lebih dalam dalam konteks masyarakat desa yang masih memegang nilai-nilai keislaman dalam praktik hidup sehari-hari.

Kesadaran akan pentingnya literasi di kalangan petani menjadi salah satu refleksi yang muncul dalam proses wawancara. Fatoni, santri Pesantren Mahasiswa Al-Hikam yang juga sebagai mahasiswa S1 Agribisnis Universitas Brawijaya, menyampaikan pandangannya bahwa isu pertanian tidak hanya soal produksi dan lahan, tetapi juga berkaitan erat dengan aspek sosial dan pengetahuan.

“Karena setiap orang perlu makan, dan pertanian merupakan sebuah sektor potensial, namun sayangnya masih banyak masyarakat petani yang kurang terdidik dan terpelajar, sehingga petani itu sendiri sering mengalami kriminalisasi simbolik,” ujar Fatoni.

Ia menekankan bahwa petani kerap dipandang sebelah mata dalam struktur sosial, bahkan kerap disudutkan secara simbolik karena dianggap tidak berpendidikan. “Oleh karena itu, saya ingin menjadi petani yang melek akan hal tersebut,” lanjutnya.

Hal ini mencerminkan orientasi baru bahwa generasi muda pesantren tidak hanya mempelajari teks keagamaan, tetapi juga terjun langsung dalam isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan, khususnya di sektor pertanian. Dengan memasukkan dimensi fiqh lingkungan ke dalam kajian, peneliti berharap dapat merumuskan prinsip-prinsip keberlanjutan yang tidak hanya berbasis pada teknologi dan ekonomi, tetapi juga bertumpu pada nilai-nilai spiritual dan etis Islam.

Pemilihan Wonosantri sebagai lokasi penelitian dinilai tepat karena wilayah ini merupakan kawasan agropolitan yang sedang berkembang, dengan latar belakang masyarakat religius yang aktif dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan. Di sisi lain, Wonosantri juga dikenal memiliki komunitas tani yang aktif dan berjejaring, salah satunya seperti Ustadz Fatkhul Ulum, Mas Ali Machrus, Dll. Selain itu, praktik pertanian ala santri yang mulai dikembangkan di daerah ini menjadikan Wonosantri sebagai miniatur sinergi antara pendidikan, agama, dan ekologi.

Dalam beberapa tahun terakhir, isu lingkungan semakin menjadi perhatian di kalangan akademisi. Kesadaran bahwa agama tidak hanya mengatur hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan, tetapi juga relasi horisontal dengan sesama makhluk dan alam, menjadi dorongan utama bagi para santri untuk lebih peduli terhadap krisis ekologi. Penelitian ini menjadi bagian dari gelombang kesadaran tersebut, di mana pesantren tidak lagi hanya menjadi pusat transmisi ilmu agama, tetapi juga pusat aksi sosial, pemberdayaan ekonomi, dan gerakan lingkungan.


Penulis: Muh. Noaf Afgani

AL-HIKAM Pondok Pesantren Al-Hikam resmi berdiri pada 17 Ramadan 1413 bertepatan dengan 21 Maret 1992. Sebagai pelopor pesantren khusus mahasiswa, lembaga pendidikan Islam ini memiliki tujuan memadukan dimensi positif perguruan tinggi yang menekankan pada ilmu pengetahuan dan teknologi dengan dimensi positif pesantren yang akan menjadi tempat penempaan kepribadian dan moral yang benar.
© 2016 - 2025 Pesantren Al-Hikam Malang Follow Pesantren Al-Hikam Malang : Facebook Twitter Linked Youtube