Rabu, 20 Feb 2019
Ustad Abdul Hadi
Kitab Tafsir Jalalain
Pengajian Rabu Pagi pada tanggal 20 Februari ini membahas kandungan surah An-Nisa’ ayat 148-153. Namun di ikhtisar kali ini kita hanya akan merangkum kajian tafsir ayat 148 dan 149 saja, karena konteksnya erat dalam kehidupan keseharian kita dalam bergaul. Ayat 148 dan 149 ini membahas tentang larangan berkata buruk.
Bunyi ayat
[148] “Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Tafsir
(Allah tidak menyukai perkataan buruk yang diucapkan secara terus terang) dari siapa pun juga, artinya Allah pastilah akan memberinya hukuman kepada pelakunya (kecuali dari orang yang dizalimi) sehingga apabila dia secara terus terang mengucapkan keburukan orang yang menzaliminyanya misalnya tentang kezaliman yang dideritanya sehingga ia mendoakan si pelakunya dari sebab kezaliman itu, maka tidaklah dia akan menerima hukuman dari Allah.
(Dan Allah Maha Mendengar) apa-apa yang diucapkan (lagi Maha Mengetahui) apa-apa yang diperbuat.
Pembahasan dalam Konteks Sehari-hari
Ada 3 poin utama yang diperoleh dari ayat ini, dikutip dari pengajian tadi pagi, yakni:
- Larangan berkata kotor (misuh-misuh), misal: cuk, …. dsb
- Larangan membicarakan keburukan orang lain (ghibah)
- Larangan memanggil orang lain dengan gelar-gelar yang buruk, misal: kampret, cebong, dsb
- Larangan mengolok-olok, misal: jenderal kardus, jenderal baper, dsb
Bunyi ayat
[149] “Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.”
Tafsir
(Jika kamu melahirkan) atau memperlihatkan (suatu kebaikan) di antara perbuatan-perbuatan baik (atau menyembunyikannya) artinya melakukannya secara sembunyi-sembunyi (atau memaafkan sesuatu kesalahan) atau keaniayaan orang lain (maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa).
Pembahasan dalam Konteks Sehari-hari
Allah mengajak memaafkan dan membuka jalan kepada-Nya dengan menyatakan bahwa seorang Mukmin mempunyai dua pilihan :
- menampakkan kebaikan atau
- menyembunyikannya.
Tidak salah menampakkan kebaikan asal bukan dengan maksud riya’, sum’ah dan ujub, tidak mengganggu orang lain dan mampu medorong manusia untuk mencontoh dan mengikuti perbuatan baik tersebut. Sedangkan menyembunyikan amal lebih utama karena dapat terhindar dari penyakit-penyakit hati.
Demikian pula saat terjadi tindakan yang tidak baik kepadanya, dia mempunyai dua pilihan,
- menyebutkannya dalam kondisi menuntut keadilan atau
- memaafkan
dan yang kedua ini lebih utama, karena di antara sifat-sifat orang Mukmin adalah memaafkan sekalipun dia mampu untuk membalas :)
Semoga kita semua berada dalam lindungan Allah SWT
Link Youtube >> Larangan Berkata Buruk - Ustadz Abdul Hadi, LC
AL-HIKAM MEDIA CENTER