Banyak orang mengatakan bahwa seni memberi kita suaka tertinggi (clan unik milik manusia). Seiring berkembangnya teknologi, komputer dapat menggantikan pekerjaan manusia. Salah satunya adalah seniman. Selama ini, manusia berpikir bahwa komputer tidak dapat menandingi manusia dalam berbagai bidang, salah satunya adalah seni. Menurut sains kehidupan, seni bukanlah produk dari jiwa yang sudah ditingkatkan atau ruh metafisik, melainkan produk dari algoritma organik yang mengenali pola-pola matematis. Jika demikian, tidak ada alasan mengapa algoritma non-organik tidak bisa menguasainya.
Yuval Noah Harari, dalam bukunya yang berjudul “Automate this” membahas seorang profesor musikologi bernama David Cope yang sangat kontroversial dalam dunia musik klasik. Cope telah menulis program komputer yang dapat menggubah konserto, chorale, simfoni, dan opera dalam suatu musik. Cope memberi nama karya pertamanya dengan sebutan EMI (Experiments in Musical Intelligence). EMI memiliki spesialis untuk meniru karya seorang komposer dunia yang terkenal bernama Johann Sebastian Bach. EMI hanya membutuhkan waktu satu hari untuk menggubah 5000 chorale ala Bach. Untuk menciptakan EMI, Cope memerlukan waktu tujuh tahun.
Cope menyelenggarakan pertunjukan beberapa chorale terpilih yang telah digubah oleh EMI di festival musik Santa Cruz. Cope ingin mengetahui bagaimana reaksi dari audien ketika mendengarkan sebuah musik yang digubah oleh program komputer sepenuhnya. Setelah mendengarkan musik yang dimainkan oleh EMI, para audiens seketika hening dan ada beberapa juga yang marah karena mengetahui fakta bahwa EMI adalah program komputer, bukan manusia. Namun, Cope tidak mempermasalahkannya. EMI terus berimprovisasi untuk belajar menirukan musik dari ciptaan Beethoven, Chopin, Rachmaninov, dan Stravinsky hingga akhirnya Cope mendapatkan kontrak untuk EMI clan album pertamanya Classical Music Composed by Computer-terjual laris manis.
Mendengar EMI yang terus berimprovisasi dengan musik lain membuat seorang profesor dari Universitas Oregon bernama Profesor Steve Larson menantang EMI ciptaan Cope untuk memainkan tiga lagu satu demi satu. Tiga lagu tersebut adalah karya dari Bach, EMI, dan Larson. Audiens diminta untuk menilai dari gubahan lagu yang dibawakan oleh tim Larson dan EMI. Para audiens terdiri dari ratusan dosen, mahasiswa, clan penggemar musik berkumpul di gedung konser University of Oregon. Pada akhir pertunjukan, pemungutan suara dilakukan. Hasilnya, audiens mengira bahwa karya EMI adalah karya asli Bach, bahwa karya Bach dibuat oleh Larson, clan bahwa karya Larson diproduksi oleh komputer.
Kehebatan EMI memang tidak dapat dipungkiri lagi hingga para kritikus memuji EMI. Namun, bukan berarti EMI tidak mempunyai kelemahan. Para kritikus menilai bahwa lagu yang dibawakan EMI terlalu akurat, tidak memiliki kedalaman dan jiwa. Akan tetapi, jika yang mendengarkan adalah orang awam, mereka akan menilai bahwa lagu yang dibawakan oleh EMI mirip seperti aslinya dari segi apapun.
Menyusul kesuksesan EMI, Cope menciptakan program barn yang lebih canggih. Pencapaian puncaknya itu diberi nama Annie. Kalau EMI mengomposisi musik berdasarkan aturan-aturan yang sudah ditentukan, Annie didasarkan pada pembelajaran mesin. Gaya musiknya terns bernbah clan berkembang, merespons input barn dari dunia luar. Cope tak tahu apa yang akan dikomposisi oleh Annie selanjutnya. Malah, Annie tidak membatasi diri pada komposisi musik, tetapi juga mengeksplorasi bentuk seni lain, seperti puisi haiku. Pada 2011, Cope menerbitkan Comes the Fiery Night: of 2.000 Haiku by Man and Machine. Sebagian haiku ditulis oleh Annie clan sisanya puisi-puisi organik. Buku itu tidak mengungkapkan mana saja yang ditulis Annie.
Berdasarkan cerita diatas, seni dapat diciptakan oleh program komputer sehingga makna seni akan bergeser yang dulunya pencipta seni adalah manusia, sekarang program komputer dapat menciptakan karya seni. Selain itu, hewan yang dapat melukis, menciptakan sesuatu dan sebagainya, hasil karya mereka diakui sebagai seni oleh manusia. Hal ini menandakan bahwa seni tidak hanya dapat diciptakan oleh manusia, melainkan oleh hewan. Untuk kedepannya, seni dapat diciptakan oleh makhluk organik yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan dan makhluk non-organik yaitu program komputer.
Oleh : Asosiasi MIPA
Penulis : Muhammad Al Mubarok Ferdiansyah
Muhammad Faliq Adlan