.jpg)
Al-Hikam (AMC.) - Pada Selasa (24/6/25), Bertempat di Balai Desa Bantur, kegiatan penyuluhan kesehatan dengan fokus utama pada bahaya penyakit TBC (Tuberkulosis) dilaksanakan dengan antusiasme tinggi dari warga. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Puskesmas Bantur dan santri Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang, sekaligus menjadi pembukaan resmi rangkaian kegiatan DIMAS (Pengabdian Masyarakat).
Materi tentang Tuberkolosis (TBC) disampaikan oleh Bapak Rizki Vatvianto Amd.Kep, perwakilan tenaga kesehatan dari Puskesmas Bantur yang sudah bertugas sejak tahun 2019. Dalam pemaparannya, Pak Rizki menjelaskan secara rinci mengenai definisi, gejala, penularan, jenis, hingga pengobatan TBC, dengan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami masyarakat.“TBC bukan penyakit karena keturunan atau karena mistis. Penyebabnya adalah bakteri yang bisa menyebar melalui udara, terutama saat seseorang batuk atau bersin,” jelas Pak Rizki di awal sesi.
Beliau menambahkan bahwa TBC paling sering menyerang paru-paru, namun tidak menutup kemungkinan juga bisa menyerang bagian tubuh lain seperti tulang, ginjal, atau kelenjar getah bening. Penyakit ini sering tidak disadari karena gejalanya tampak ringan pada awalnya. Beberapa gejala umum yang dijelaskan antara lain batuk terus-menerus, berat badan menurun drastis, demam malam hari, hingga keringat dingin tanpa alasan jelas. Ia menyampaikan bahwa banyak orang mengabaikan batuk yang berkepanjangan karena mengira hanya batuk biasa.
Pak Rizki juga memaparkan tentang dua jenis TBC yang penting dikenali masyarakat: TBC SO (Sensitif Obat) dan TBC RO (Resisten Obat). TBC SO bisa diobati dalam 6 bulan dengan pengobatan teratur dan disiplin, sementara TBC RO lebih sulit ditangani karena bakteri sudah kebal terhadap obat, sehingga pengobatannya bisa berlangsung hingga 2 tahun,“Pasien TBC yang berhenti minum obat sebelum waktunya bisa menyebabkan bakteri menjadi kebal. Kalau sudah resisten, pengobatannya akan lebih berat dan biayanya juga lebih besar,” katanya. “Padahal kalau tertib, pengobatan TBC itu gratis di puskesmas.”
Selain soal pengobatan, Pak Rizki juga menekankan pentingnya pencegahan dan deteksi dini, terutama di lingkungan rumah. Ia menjelaskan bahwa bakteri TBC lemah terhadap cahaya matahari dan udara segar, sehingga rumah yang lembab dan jarang dibuka menjadi tempat ideal bagi bakteri berkembang.
Tak hanya menyerang orang dewasa, TBC juga kini banyak ditemukan pada anak-anak. Pak Rizki menyebut anak-anak dengan kekebalan tubuh yang masih lemah sangat rentan tertular, apalagi jika mereka tinggal serumah dengan penderita TBC yang belum diobati. Beliau juga menyinggung kelompok lain yang berisiko tinggi seperti penderita diabetes, orang dengan HIV, perokok, dan lansia.
Hal ini sesuai dengan tanggapan M. Raden Novail R., selaku ketua poskentren (Kesehatan pesantren) periode 2025-2026, yang mengatakan bahwa Penyuluhan TBC memiliki peran krusial dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan perubahan perilaku masyarakat terkait penyakit tuberkulosis. “Dengan penyuluhan yang efektif, masyarakat dapat memahami bahaya TBC, cara penularan, pencegahan, dan pengobatan yang tepat, sehingga dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat TBC.” -Tambah Novail.
Acara kemudian dilanjutkan dengan layanan pemeriksaan kesehatan gratis yang disediakan panitia, termasuk pengecekan gula darah, tekanan darah, dan skrining awal gejala TBC. Masyarakat tampak antusias mengikuti rangkaian kegiatan ini, dan sebagian langsung berkonsultasi dengan tim medis yang hadir.
Yang menarik, kegiatan ini juga sekaligus menjadi pembukaan resmi kegiatan Pengabdian Masyarakat (DIMAS) oleh santri Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang. Program pengabdian ini akan berlangsung selama beberapa hari ke depan dengan berbagai kegiatan sosial, edukatif, dan keagamaan yang melibatkan warga sekitar.
Kegiatan penyuluhan masyarakat Desa Bantur ini diharapkan, masyarakat semakin memahami pentingnya mengenali gejala TBC sejak dini, tidak malu untuk memeriksakan diri, dan mulai menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan dimulainya kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh santri Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang, diharapkan dapat mempererat hubungan antara santri dan masyarakat melalui bentuk pengabdian yang tidak hanya terbatas pada bidang kesehatan, tetapi juga mencakup pendidikan, sosial, dan keagamaan, sebagai wujud nyata kontribusi santri dalam membangun masyarakat secara menyeluruh.
Penulis: Zahrotul Mufidah
Penyunting: Muh. Noaf Afgani